Jumat, 28 Desember 2012

Antara Gue, Lo, dan Dia

Gue...
Gue adalah orang yang menjadi tempat curhat si dia..
Gue adalah orang yang selalu mau mendengarkan setiap kata yang dia ucapkan..
Gue adalah orang yang selalu peduli dengan dia..
Gue adalah orang yang selalu khawatir dengan keadaan dia..
Gue adalah orang yang sudah mengenal dia selama 6 tahun..

Lo...
Awalnya, lo adalah orang asing bagi gue..
Lo hanyalah seorang adek kelas yang ga gue kenal..
Tapi karna dia, akhirnya gue mendekati lo..
Gue mencari informasi tentang lo..
Gue mencari informasi tentang lo dan dia..
Dan ternyata..
Lo adalah orang yang dia suka..
Lo adalah orang yang dia kejar..
Lo adalah orang yang dia harapkan..

Dia...
Dia adalah sahabat bagi gue..
Dia adalah panutan bagi gue..
Dia adalah orang yang mengharapkan lo..
Dia adalah orang yang berharap mempunyai kesempatan kedua..
Dia adalah orang yang menyesal karna telah menolak cinta lo..

Kalian..
Lo dan dia sekarang sudah menjadi kalian..
Kalian adalah orang-orang yang gue jaga..
Kalian adalah orang-orang yang gue sayang..
Kalian adalah orang-orang yang tidak boleh pecah, bahkan retak sedikitpun..

Gue...
Gue adalah orang yang mati-matian membangun jembatan hati lo dan dia..
Gue adalah orang yang merasa sangat bahagia saat kalian mempunyai suatu hubungan..
Gue adalah orang yang suka tertawa kecil disaat kalian sedang bercanda gurau..
Gue adalah orang yang panik disaat kalian tidak sependapat..
Gue adalah orang yang berusaha sekuat tenaga agar hubungan kalian tetap terjaga..
Gue adalah orang yang selalu ingin melakukan apapun asalkan kalian bahagia..
Gue selalu ingin mendengar perkembangan hubungan kalian..
Gue selalu ingin mendengar curahan hati dari kalian..

1 bulan berlalu...
Gue liat hubungan kalian baik-baik aja..
Kalian masih sama seperti biasanya..
Tidak ada yang aneh..
Tetapi seminggu kemudian..
Mulai tampak keanehan..
Mulai terlihat keganjalan-keganjalan yang menyebabkan hubungan kalian tidak harmonis..

Ternyata masalah itu muncul dari dia..
Dia yang tiba-tiba menghilang membuat lo dan gue panik ga karuan..
Disms.. Ga deliv..
Ditelfon.. Ga aktif..
Apa yang terjadi dengan dia?
Pikiran negatif sudah berputar-putar di kepala..
Namun apa daya..
Lo dan gue hanya bisa menunggu kabar baik..
Kabar baik itu pun datang..
Dia tidak apa-apa..
Dia baik-baik saja..
Hanya sedang tidak ingin diganggu..

Namun keadaan ini berlanjut hingga 1 minggu kemudian..
Justru lebih parah..
Dia sama sekali tidak menyalakan hp..
Waktu papasan sama lo, dia terlihat seperti agak menjauh..
Tidak seperti biasanya..
Saat ditanya kenapa, dia bilang tidak apa-apa..

Lo jadi lebih sering curhat sama gue tentang dia..
Gue seneng lo curhat sama gue..
Karna gue ngerasa kalo gue dibutuhkan..

Singkat cerita..
Kata "kalian" harus berubah lagi menjadi "lo" dan "dia"..
Hubungan kalian kandas..
Jujur gue kaget..
Gue sedih..
Karna usaha gue buat mempertahankan kalian telah gagal..

Sekarang dia makin tidak ada kabar..
Sedangkan lo..
Lo masih aja menangisi dia..
Lo masih aja memikirkan dia..
Banyak sekali pesan singkat antara lo dan gue..
Yang isinya hanya tentang dia..
Dia, dia, dan dia..

Apa lo ga capek mikirin dia?
Apa lo ga capek nangisin dia?
Apa lo ga capek menyalahkan keadaan?

Sampai-sampai lo telat makan..
Lo kurang tidur..
Lo kurang istirahat..
Hingga akhirnya..
Lo pingsan..
Lo sakit..

Begitu mendengar kabar bahwa lo pingsan, gue panik..
Gue cemas nunggu kabar tentang kesehatan lo..
Gue ngerasa ada yang beda..
Rasa ini ga seperti biasanya..

Mungkinkah gue ada rasa sama lo?

Gue ga tau..
Tapi yang jelas gue bener-bener mau ngejaga lo..
Gue ga mau lo telat makan..
Gue ga mau lo kurang tidur..
Dan gue ga mau lo pingsan lagi..
Mungkin ini kedengarannya lucu..

"Emang gue siapanya ngatur-ngatur dia?"
Pertanyaan ini sering muncul..
Tapi gue hiraukan demi kesehatan lo..
Yang aneh..
Gue suka ngerasa terusik kalo lo mulai ngebahas tentang dia..
Mood gue bisa langsung ancur berantakan..

Menurut kalian, apa yang terjadi sama gue?
Entahlah.. Kita liat aja nanti..
h

Jumat, 21 Desember 2012

kehangatan darimu

Mau cerita nih tentang hari Selasa, 18 Desember 2012. Hari itu, tepatnya kelas 12 Ipa 3 mengadakan foto untuk buku tahunan. Kelas kami mengambil tema "Panahan". Kami mengambil gambar di Lapangan Panahan Senayan, Jakarta.

Kami berkumpul sekitar jam 06:30. Rencananya kami ingin berangkat pada pukul 07:00. Namun, karena beberapa dari kami terjebak macet, maka keberangkatan ditunda hingga pukul 08:30.

Teman-temanku berangkat menggunakan mobil pribadi. Sedangkan aku tidak terbiasa menaiki mobil-mobil mewah seperti itu. Aku pun berangkat menggunakan motor kesayanganku. Namun kali ini bukan aku yang mengendarainya. Melainkan temanku, Dhany. Selain aku, ada pula temanku yang menggunakan sepeda motor, yaitu aden dan fiqri. Aku dan dhany sama sekali tidak tahu jalan. Sedangkan aden dan fiqri, keduanya tau jalan menuju senayan. Baru beberapa kilo berjalan, aku dan dhany sudah tertinggal, kami tidak tau jalan. Dan akhirnya, aku menelfon fiqri. Kami bertemu di lampu merah pangkalan jati. Tanpa ku duga, ternyata dhany dan aden bergantian tempat. Aden mengendarai sepeda motorku, dan dhany mengendarai sepeda motor temanku.

Awalnya, aku merasa biasa saja saat dibonceng aden. Tapi lama-lama aku merasa kagum. Karena, dia mengendarai sepeda motor dengan halus, hampir sama seperti ayahku. Tiba-tiba muncul sebuah perasaan yang aneh, aku merasakan jantungku berdegup kencang. Ada apa ini? Sebuah rasa yang tak biasa, sebuah rasa yang sudah lama tidak ku rasakan. Aku menghiraukan perasaan itu, aku fokus dengan jalanan yang kami lewati. Jalanan yang macet, berpolusi, panas. Karna terlalu fokus, aku tidak menyadari kalo ternyata kami sudah sampai di tempat tujuan.

Kami memang orang pertama yang sampai di tempat itu. Hingga akhirnya satu persatu temanku berdatangan. Setelah semuanya komplit, kami langsung masuk ke dalam lapangan dan diberikan pengarahan oleh seorang coach. Pengarahan pun selesai, kami mulai melakukan pemotretan. Sekitar pukul 14:30 hujan deras disertai angin kencang pun turun. Kami berteduh. Hujan yang turun itu cukup lama, sekitar pukul 15:30 teman-temanku sudah bersiap untuk pulang. Masih hujan rintik-rintik sih, tapi bukan masalah lah. Toh mereka menggunakan mobil. Yang jelas aku belum bisa pulang. Hingga akhirnya tersisa 9 orang, yaitu aku, aden, dhany, fiqri, ikhsan, augy, muco, andre dan natsir. Sekitar pukul 18:30 hujan sudah mulai reda. Kami bersiap untuk pulang. Saat kami ingin pulang, kami dihadang oleh coach kami. Kami tidak boleh pulang jikala kami tidak makan terlebih dahulu. Karna coach memaksa, kami pun akhirnya mengikuti kemauannya. Ada yang memesan nasi goreng, ada pula yang memesan nasi gila. Kami makan sambil bercanda gurau. Coach bilang, "siapa yang makanannya habis paling terakhir, berarti dia yang bayar semuanya". Mendengar kalimat itu, kami berlomba-lomba makan dengan cepat. Walaupun ternyata makanan muco yang habis paling terakhir, biaya tetap ditanggung oleh coach. Hahaha. Baik sekali coach iniiiii...

Trimakasih ya coach :) :) :)

Kami pun pulang. Tapi sekarang kami pulang dengan berpencar. Aku tetap pulang dengan aden. Do you know what? Rasa itu muncul lagi. Detak jantungku berdegup kencang lagi. Senang sekali rasanya dibonceng oleh seorang laki-laki, ditengah indahnya kota Jakarta malam hari. Aku belum pernah dibonceng oleh seorang laki-laki ke tempat yang cukup jauh seperti ini. Aku akui, aden itu orangnya cuek. Tapi dibalik itu, dia punya rasa kepedulian yang tinggi, rasa tanggung jawab yang tinggi. Rasa tanggung jawab itu ia perlihatkan dengan memberikanku instruksi-instruksi saat berada di motor. Dia pun tidak keberatan saat aku harus berpegangan di pundaknya, ataupun memegang pinggulnya. Rasa bahagia, deg-degan, dan resah pun bercampur menjadi satu. Resah, karna aku takut semuanya akan berakhir, ingin rasanya lebih lama berada di jalanan, ingin rasanya lebih lama memegang pundaknya, ingin rasanya memegang pinggulnya lebih lama. Dan semenjak itu, otakku selalu dibayangi oleh wajahmu. Oleh pemandangan pada malam itu. Ingin rasanya kuulangi kejadian itu.. Tapi apakah bisa?? Aku tidak tau...


                        Lovely
                         Rima